Friday 4 December 2009

Wawancara dengan Andy F Noya @ Music Biz

Kenapa sih, bapak tertarik dengan dunia jurnalistik?

Karena sedari SD nilai saya di pelajaran mengarang itu terbilang tinggi, dan guru saya sangat mendukung saya dan menyebutkan bahwa saya itu cocok jadi wartawan. Sejak saat itu seakan kepala saya dipenuhi dengan cita-cita wartawan. Bahkan saat saya masuk STM atas saran orang tua saya, kok rasanya nggak cocok. Makanya saya akhirnya cari jalan untuk bisa kuliah jurnalistik untuk mewujudkan cita-cita saya tersebut.

Menurut bapak, apa sih, hubungannya bisnis musik dengan jurnalistik?


Tanpa jurnalistik, musik dan hal-hal semacamnya tidak akan berkembang. Media itu fungsinya sebagai penyampai pesan dan informasi kepada masyarakat luas tentang musik-musik baru, dan pada akhirnya masyarakat bisa memilih musik jenis apa yang mereka bisa apresiasikan.

Jadi media itu semacam penengah antara produsen musik dengan pendengarnya ya, Pak?

Iya. Media berperan sebagai medium.

Menurut Bapak, bagaimana perkembangan bisnis musik di Indonesia sekarang ini, terutama dengan menjamurnya indie label?

Kalau dulu, perkembangan musik itu signifikan, di mana selera ditentukan oleh label, seakan label memaksa para pencipta musik untuk berarya sesuai dengan selera pasar. Kalau sekarang, dengan adanya musisi-musisi independent, peran dari label semakin berkurang, dan kreativitas-kreativitas baru pun lahir tanpa adanya dikte akibat alasan finance. Jadi musik yang ditampilkan juga lebih berasal dari hati.

Kami kan mahasiswa nih, Pak. Kira-kira apa yang bisa kami lakukan untuk mengembangkan bisnis musik sejak dini?


Yang jelas kita harus bertanya pada diri kita sendiri dulu, apakah musik benar-benar lentera jiwa kita, apakah keinginan untuk serius bermusik tersebut berasal dari hati. Setelah benar-benar yakin, diperlukan adanya pengenalan jenis musik. Musik apa yang mau kita tekuni nantinya. Setelah itu perluas pengetahuan tentang industri musik. Tentunya musik yang dihasilkan oleh mahasiswa haruslah musik yang intelek dan bermutu, dibandingkan dengan musik dari orang-orang yang notabene kurang pendidikan.

Terakhir nih, Pak. Apa harapan Bapak bagi perkembangan musik di Indonesia?


Seperti yang tadi saya bilang, saya harap musik di Indonesia bukanlah musik yang sekedar menghibur, bahkan malah membuat para pendengarnya mengurung diri di kamar karena musik tersebut. Saya berharap musik dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Yang dimaksud dari peningkatan kualitas hidup ini contohnya dilihat dari lirik yang membangun dan mencerahkan, bukan malah membuat orang-orang yang mendengarnya semakin frustasi.

Oke, Pak. Terimakasih atas waktunya!


Sip!

0 comments:

Post a Comment