Thursday 31 December 2009

10 Album Indonesia Terbaik versi Apres!

Untuk urutan 4-10 memiliki tingkatan yang sama :


1. Angels & The Outsiders - Superman Is Dead

2. Lantai Merah - Monkey To Millionaire

3. My First Love - Vierra

4. Balada Joni & Susi - Melancholic Bitch

5. OST Pintu Terlarang - Various Artists

6. The Headless Songstress - Tika & The Dissidents

7. Friday - RAN

8. Rasuk - The Trees and The Wild

9. Gemini - Sherina

10. The Sophomore - Pee Wee Gaskins

Tunggu reviewnya segera!!

Saturday 26 December 2009

30 Seconds to Mars - This Is War

oleh : Arif Nugraha R.
Setelah empat tahun band asal Los Angeles 30 Seconds to Mars merilis "A Beautful Lie" pada tahun 2005 lalu, kini band tersebut merilis album terbaru mereka "This Is War" pada bulan Desember 2009 ini. "Escape" adalah lagu pembuka dengan suara vokal yang begitu minim, suara - suara aneh menghantui dan dentuman drum yang berat mengawali perjalanan anda untuk mendengar album ini. Setelah beberapa menit nuansa ambience, lagu ke dua "Night Of The Hunter" langsung diputar. Ini adalah salah satu lagu terbesar dan terbaik dari album ini. Lagu ini, bersama single lain seperti "Kings and Queens", menampilkan ciri khas dari 30 Seconds to Mars dengan lirihnya vokal dari Jared Leto. Dalam "Kings and Queens", 30 Seconds to Mars terdengar seperti campuran antar U2 dengan Angels and Airwaves tetapi diiringi irama punk rock.

Dalam " This is war", vokal Leto dibantu oleh backing group yang terdiri dari ratusan pengemar yang mendatangi preview album dan direkam untuk digunakan di album pada awal tahun 2009. Backing vokal yang terdengar sangat akbar dapat didengar di hampir seluruh track dan membuat track tersebut terdengar lebih keren dari rekaman biasa. Band ini juga mengadakan kompetisi yang mengizinkan foto dari para penggemarnya untuk dijadikan cover album.

"This Is War" adalah album yang akan menyenangkan para penggemarnya, baik itu yang baru maupun yang lama. Album ini menggabungkan berbagai macam suara dari dua album yang sebelumnya dirilis, tapi sedikit lebih progresif. Momen -momen progresif dapat ditemukan di track "Stranger in a Strange Land" dan "L490".

Kesimpulannya, "This Is War" tidak mengecewakan. Album ini patut didengar baik untuk penggemar 30 Seconds to Mars maupun para pencinta musik biasa. Mereka terdengar sama seperti di album "A Beautiful Lie", tapi terdengar lebih epik dan masif, terima kasih kepada dukungan fans yang menyumbang suara di album ini.

Track yang wajib di dengar : "Kings and Queens", "Night of the Hunter", "This Is War", "100 Suns", "Stranger in a Strange Land", "L490".

Thursday 17 December 2009

Talkshow "Industri Musik" dengan Saska dan Eca on ITB Fair


4 Desember 2009, Panitia ITB Fair mengadakan Talkshow tentang "Industri Musik di Indonesia" di Campus Centre ITB. Saska (EL 03) dan Echaboy (IF 04/ Cerpintaxt) dari Apres menjadi pembicara pada talkshow ini.

Saska dan Echa membahas rumitnya industri musik di Indonesia seperti maraknya pembajakan, kebutuhan pasar, rintangan-rintangan ketika band memasuki industri musik,serta susahnya Band-band Indonesia untuk menjadikan musik sebagai penghasilan utama.

Pada Talkshow ini Saska dan Echa menekankan, Band-band baru di Indonesia harus kreatif dalam menjual karyanya agar tidak tenggelam oleh pembajakan, label yang "pasar oriented",dll. Mereka juga menekankan, yang penting dalam bermusik adalah semangat berkarya sehingga para musisi dapat mengekspresikan musiknya dan menghasilkan karya yang kreatif. Mereka berpendapat, jika musisi hanya berorientasi pada uang/pasar saja, mereka tidak akan menghasilkan karya yang kreatif,sehingga musik di Indonesia menjadi monoton.

Talkshow ini ditutup oleh penampilan band apres,"Fruits & Salads".


Maju terus musik Indonesia!!!

--oleh Divisi Media

Friday 11 December 2009

MANDELA DESEMBER

Friday 4 December 2009

Wawancara dengan Andy F Noya @ Music Biz

Kenapa sih, bapak tertarik dengan dunia jurnalistik?

Karena sedari SD nilai saya di pelajaran mengarang itu terbilang tinggi, dan guru saya sangat mendukung saya dan menyebutkan bahwa saya itu cocok jadi wartawan. Sejak saat itu seakan kepala saya dipenuhi dengan cita-cita wartawan. Bahkan saat saya masuk STM atas saran orang tua saya, kok rasanya nggak cocok. Makanya saya akhirnya cari jalan untuk bisa kuliah jurnalistik untuk mewujudkan cita-cita saya tersebut.

Menurut bapak, apa sih, hubungannya bisnis musik dengan jurnalistik?


Tanpa jurnalistik, musik dan hal-hal semacamnya tidak akan berkembang. Media itu fungsinya sebagai penyampai pesan dan informasi kepada masyarakat luas tentang musik-musik baru, dan pada akhirnya masyarakat bisa memilih musik jenis apa yang mereka bisa apresiasikan.

Jadi media itu semacam penengah antara produsen musik dengan pendengarnya ya, Pak?

Iya. Media berperan sebagai medium.

Menurut Bapak, bagaimana perkembangan bisnis musik di Indonesia sekarang ini, terutama dengan menjamurnya indie label?

Kalau dulu, perkembangan musik itu signifikan, di mana selera ditentukan oleh label, seakan label memaksa para pencipta musik untuk berarya sesuai dengan selera pasar. Kalau sekarang, dengan adanya musisi-musisi independent, peran dari label semakin berkurang, dan kreativitas-kreativitas baru pun lahir tanpa adanya dikte akibat alasan finance. Jadi musik yang ditampilkan juga lebih berasal dari hati.

Kami kan mahasiswa nih, Pak. Kira-kira apa yang bisa kami lakukan untuk mengembangkan bisnis musik sejak dini?


Yang jelas kita harus bertanya pada diri kita sendiri dulu, apakah musik benar-benar lentera jiwa kita, apakah keinginan untuk serius bermusik tersebut berasal dari hati. Setelah benar-benar yakin, diperlukan adanya pengenalan jenis musik. Musik apa yang mau kita tekuni nantinya. Setelah itu perluas pengetahuan tentang industri musik. Tentunya musik yang dihasilkan oleh mahasiswa haruslah musik yang intelek dan bermutu, dibandingkan dengan musik dari orang-orang yang notabene kurang pendidikan.

Terakhir nih, Pak. Apa harapan Bapak bagi perkembangan musik di Indonesia?


Seperti yang tadi saya bilang, saya harap musik di Indonesia bukanlah musik yang sekedar menghibur, bahkan malah membuat para pendengarnya mengurung diri di kamar karena musik tersebut. Saya berharap musik dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Yang dimaksud dari peningkatan kualitas hidup ini contohnya dilihat dari lirik yang membangun dan mencerahkan, bukan malah membuat orang-orang yang mendengarnya semakin frustasi.

Oke, Pak. Terimakasih atas waktunya!


Sip!

Wawancara dengan Fariz RM @ MUSIC BIZ

Apa sih, yang membuat Bapak tertarik untuk berkecimpung di dunia musik?

Jangan panggil bapak, lah. Kesannya tua banget. Panggil mas aja.

Oh, iya. Hehe.. Apa sih, yang membuat Mas Fariz ingin serius di bidang musik?

Sedari balita, entah kenapa saya emang cuma pengen bermusik. Pokoknya saya pengen nge-band. Mulai profesionalnya baru saat saya sekitar umur 17 tahunan, itu sekitar tahun 1977. Terus baru solo karirnya tahun 1980.

Mas Fariz kan meng-compose lagu selain buat diri sendiri, juga buat orang lain. Apa sih, bedanya?

Nah, kata composing sendiri itu artinya mengatur sebuah komposisi. Yah, seperti saat di seni rupa, segalanya itu adalah tentang komposisi. Dan inspirasi itu ya nggak dipaksa datang, ya datang sendiri, di-compose, dan jadilah sebuah lagu. Nah bedanya itu, kalo meng-compose buat orang, kita harus kompromi, yah 60:40 lah, 60 buat orang yang dibuatin lagu, 40 buat identitas saya sebagai composer. Nah kalo meng-compose buat diri sendiri, kebalikannya. 60-nya itu ya buat diri sendiri. Jadi lebih bebas aja.

Bagaimana pendapat Mas Fariz kalo kami, sebagai mahasiswa, mau mengembangkan bisnis bermusik dari sekarang?

Musik itu nggak kenal waktu. Begitu kita memulai, dan bisa menjalaninya, ya bagus! Semakin dini kita memulai, rentang karier kita kan akan semakin panjang. Jadi semakin dini, ya malah semakin baik.

Kalau soal industri musik di Indonesia sendiri, gimana tanggapan Mas tentang hal itu?

Sebenarnya bisnis musik itu masih terbilang baru di Indonesia. Adanya buku “Music Biz” yang sangat detail ini sangat menggambarkan hal-hal yang memang diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang musik. Dan bagusnya buku ini, dia tidak hanya mengajarkan cara berbisnis lewat musik, tapi juga cara pengaplikasiannya di Indonesia. Karena seperti yang saya bilang tadi, bisnis musik di Indonesia masih tergolong muda.

Apa sih, harapan Mas Fariz untuk industri musik di Indonesia?

Saya berharap lebih banyak diadakan kegiatan-kegiatan seperti ini yang memberikan ruang yang lebih detail untung orang-orang yang memang mau berkarir di bidang musik. Adanya acara-acara yang menjembatani antara musisi senior dan junior, seperti acara Jakarta Atmosphere yang menampilkan White Shoes and The Couples Company feat. Fariz RM, dan kolaborasi musisi senior-junior lainnya juga dapat dijadikan referensi untuk bermusik lintas generasi, jadi tidak ada jarak antara musisi junior dan senior karena sifat musik itu sendiri universal, tidak mengenal dia itu umur berapa, statusnya apa, dan lain-lain. Selamanya saya akan mendukung acara-acara seperti ini, karena saya sangat percaya akan adanya regenerasi. Kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi?

MUSIC BIZ

Di hari Senin yang cerah, majalah RollingStone (tanpa huruf ‘s’ – RED) Indonesia bekerja sama dengan après! (yeaahhss! – RED lagi) mengadakan suatu acara yang luar biasa bertajuk “Music Biz.” Acara yang bertujuan untuk mempromosikan buku pertama terbitan majalah RollingStone Indonesia sekaligus membuka wawasan para calon-calon musisi di Indonesia untuk serius berkecimpung di bidang musik ini dipandu oleh Andy F. Noya, selaku CEO dari majalah tersebut. Dibuka dengan diskusi tentang perkembangan bisnis musik di Indonesia (yang ujung-ujungnya membahas pembajakan hak cipta juga – ini RED lagi lhoo) oleh Wendi Putranto (penulis buku “Music Biz”), James F. Sundah (pencipta lagu “Lilin-Lilin Kecil”), dan Fariz RM (tentunya kita tahu siapa dia). Diskusi berlangsung cukup seru dengan tanggapan-tanggapan yang cukup baik dari para penonton, dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sesi tanya jawab. Diskusi ditutup dengan penampilah dari dua band audisi Yamaha Music Competition (yang penulis lupa namanya – RED) dan tentunya… ENDAH N RHESA!! Penampilan dari dua band sebelum Endah N Rhesa cukup memukau dan mendapat tanggapan yang juga cukup positif dari penontonnya. Gitaris dari band pertama juga sempat memamerkan skill-nya bersama-sama dengan teman-teman satu band-nya saat diminta bermain solo satu persatu. Selanjutnya Endah N Rhesa tampil dengan sangat memukau! Permainan gitar Endah dan bass Rhesa yang saling beriringan ditambah dengan permainan vokal dari Endah yang sangat interaktif seakan menyihir seluruh penonton untuk fokus kepada penampilan mereka dan memutuskan untuk membeli CD mereka sesegera mungkin. Bahkan Fariz RM pun memuji permainan musik mereka dengan memberi isyarat “worship” setelah penampilan mereka yang kedua. Benar-benar luar biasa! Usai penampilan Endah N Rhesa, penonton diberi satu kejutan lagi yaitu penampilan dari Fariz RM! Dengan umur yang sudah tak terbilang muda (dibandingkan dengan kita, hehe – RED yang banyak komentar) Fariz RM masih tampil dengan sangat atraktif dan enerjik. Warna suaranya pun masih tak jauh berbeda dengan suaranya saat ia masih merintis karir. Inilah salah satu legenda musik Indonesia yang patut diteladani karena kesetiaannya terhadap musik. For Your Information, Fariz RM itu anak ITB lhoo.. Hehehe.. Sayangnya, acara sekeren dan sebermutu ini masih terbilang sepi, mungkin karena kurangnya publikasi, mungkin juga karena pihak RollingStone Indonesia yang cukup dadakan memberikan materi ini. Hmm.. Sudahlah, yang penting kita semua sudah semakin terbuka wawasannya tentang perkembangan bisnis musik di Indonesia, menikmati penampilan musisi-musisi ciamik, dan tentunya, dapet buku “Music Biz” gratisan.. Hehe.. Dukung terus musisi lokal! Terutama Independen! Ingat! Kata Efek Rumah Kaca, pasar itu bisa diciptakan! Huahahahahaha!!

Wednesday 28 October 2009

CLOVER - Until Whenever

oleh : gabriella alodia

kesan pertama melihat cover album ini : menarik! cover yang terbuat dari bagian dalam kardus yang bergerigi dengan tempelan judul album di tengahnya ini tentu akan berhasil menarik perhatian siapa pun yang mampir sejenak ke toko-toko CD terdekat. sayang cover tersebut sangat sulit ditemukan di dunia maya. jadi silakan menikmati cover dalamnya :)
okay, back to topic.
mendengar album ini sembari menikmati artworknya yang centil, menyenangkan! dua kata untuk menggambarkan album ini : CEWEK BANGET! mereka mengajak para wanita melupakan sejenak pria-pria yang membuat mereka menangis dan bersedih sembari menyantap vanilla ice cream with chocolate hot fudge with choco mint bubble drink dalam sundae rhapsody! sangat disarankan untuk mendengarkan "blue" is just for boys bagi wanita-wanita yang sedang patah hatinya. come on, blue is just for boys! ha ha ha. sudahlah, lupakan dia yang meninggalkanmu dengan berkeliling kota ditemani tania in a car!
lima wanita yang senang bermain-main dengan alat musik ini juga mengajak kita menikmati hal-hal kecil seperti guilty pleasure setiap wanita dalam mr. cookies serta indahnya bermain kartu di waktu senggang dalam chapsa song! (oke, mereka memang tidak membuat lagu yang berjudul babi song - red).
tidak perlu kuatir kantong bolong, hanya dengan merogoh kocek Rp 30.000,- rupiah saja anda sudah bisa menikmati indahnya bermain-main di dunia clover, and it's a must buy album, specially for all the girls who had or who is having a broken heart. LET'S FORGET ABOUT HIM! ha ha ha! (sumpah ini bukan curcol - red).
best thing about this album : it's only Rp 30.000,- and it's worth it.

genre : indie pop.
after effect : wajah ceria dan memutar ulang beberapa lagu di dalamnya. setelah itu berusaha menghafalkannya dengan sepenuh hati. masih dengan wajah sumringah to the max.

Mandela Oktober!

Saturday 10 October 2009

Deftones - WHITE PONY IS MY PONY

Oleh M. Shahriza Rijadi Putra


Pertama kali saya mendengar album ini, saya merasa biasa saja. Tidak ada sensasi yang berbeda, stabil dan datar. Namun, ketika saya mulai sering mendengarkan White Pony ini, saya mulai merasakan sebuah sensasi yang berbeda. Sebuah sensasi yang tidak dapat saya jelaskan dalam Bahasa Indonesia yang konvensional. Jantung saya berdetak lebih cepat, keringat saya mengucur lebih banyak, dan tanpa tersadar saya ternyata sedang berheadbanging di kamar saya sendiri. Begitu membius! Mapanlah sudah hati saya untuk mendeklarasikan kepada dunia bahwa White Pony adalah album Deftones favorit saya!

Album ini dibuka dengan sebuah tembang mantap-nan-cadas bernama 'Feiticeira'. Lagu dibuka dengan riff guitar yang membunuh dari Stephen Carpenter dan dilanjutkan dengan simfoni antara instrumen2 lainnya. Saat Chino melantunkan lirik "new.. cool... meat.." lagu ini makin menjadi absurd namun dengan keabsurdan yang megah ala Deftones!


Lagu kedua, 'Digital Bath'. Lagu favorit kedua saya di album ini. Kecerdasan Chino Moreno sang vokalis (yang tampangnya sekilas mirip dengan Ricky Siahaan Seringai) dalam merangkai lirik yang diproyeksikan dari fantasinya sendiri membuat saya amat terkagum. Lalu dieksekusi dengan sebuah arasemen yang begitu indah, membuat lagu ini begitu hidup! Saat Chino berteriak "I feel like mooreee" yang kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang terdengar seperti ia membisik kepada wanita khayalan yang menjadi imagi dalam liriknya "tonight.. you breathe.. then you stop... I breathe.. and dried you off.." semua tampak menjadi nyata dan terasa menegangkan. Bagaimana kau dapat
melakukan ini semua Chino? Teach me.

Keindahan dari White Pony dilanjutkan dengan lagu 'Elite' yang semakin mempercantik estetika dari album ini. Sejujurnya, menurut saya lagu ini lebih biasa dibandingkan dengan lagu2 yang lain yang terdapat di dalam album ini, tapi entah bagaimana lagu ini dapat meraih Grammy Awards untuk Best Metal Performance. Sebuah penggalan lirik yang amat saya sukai dari lagu ini, "you like attention.. it's proof to you your alive". Sungguh filosofis, seperti Descartes yang berkata "Cogito Ergo Sum" / "I Think Therefore I Am". Sekilas lagu ini mengingatkan saya pada lagu2 My Bloody Valentine yang penuh akan raungan distorsi gitar yang bising ala noise........ Hahaha. Sejujurnya saya hanya ingin terlihat keren dengan mencantumkan referensi kepada band lain yang genre nya jauh berbeda. Kalo ternyata beneran agak2 mirip berarti itu kebetulan semata kok.

Skip langsung ke track ke-7, 'Knife Party'. Lagu favorit saya di album ini dan juga lagu Deftones favorit saya sepanjang masa! (semoga saja di upcoming album mereka 'Eros' kenyataan ini dapat tergantikan). Berduet dengan seorang wanita yang saya kurang ketahui namanya, lagu ini memberikan sebuah nuansa yang lebih hangat, ditambah lagi dengan lirik super absurd yang maknanya tak dapat saya pahami sampai sekarang (saya mencoba untuk berpikir jorok untuk mengartikan penggalan lirik "my knife, it's sharp and chrome" dan menginterpretasikan sisanya dalam bayangan yang sudah terlanjur kotor, tetapi itu tetap tidak memuaskan saya. oh ya, ditambah lagi dengan desahan+ringkihan+teriakkan dari sang vokalis wanita yang menambah kesan 'jorok' di dalam lagu ini. tapi bisa saja ini lagu tentang saling membunuh dengan pisau bukan?).

Skip satu track menuju track ke-9, 'Passenger'. Sebuah kolaborasi apik antara Deftones dan Maynard James Keenan. Jenius! Dibuka dengan bunyi-bunyian aneh yang dihasilkan oleh DJ Frank Delgado, dilanjutkan dengan riff gitar cadas yang disertai dengan suara "hah hah" membuat pembuka lagu ini terdengar begitu metallic-epic. Tidak mudah juga untuk menginterpretasikan makna tersembunyi di balik lagu ini. Seorang penumpang taksi yang ingin terus berputar2 keliling kota dan meminta jendelanya untuk dibuka? I have no idea. Mungkin akan menjadi sebuah bahan pembicaraan yang menarik untuk mengkaji makna dari lagu ini (ataupun lagu Deftones secara keseluruhan). Lagu ini juga yang menjadi ajang perkenalan bagi saya terhadap musik dari Tool dan A Perfect Circle.

Track ke-10 ada 'Change (In The House of Flies)' yang video klipnya menurut saya cukup menarik untuk disimak di Youtube serta track penutup 'Pink Maggit' di mana di dalam lagu ini terdapat "penggalan" dari lagu 'Back To School' nya mereka. Hey, ternyata Deftones peduli juga terhadap pendidikan! Mungkin apabila Deftones adalah band Indonesia, mereka sudah dijadikan duta untuk program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Tapi entahlah... AC/DC tampaknya lebih cocok untuk menempati jabatan itu, terima kasih kepada Angus Young dan seragam sekolahnya.

Tampaknya dari tadi saya terlalu banyak memuji album ini tanpa menyertakan kekurangan-kekurangannya apa saja, tapi persetan! Yeah. Saya adalah penggemar berat mereka dan menurut saya album ini tidak memiliki kekurangan apa pun. hahaha. Terlihat kurang objektif.

Baiklah, terakhir saya ingin curhat sedikit. Saat saya mendengar bahwa Deftones akan menjadi salah satu bintang tamu di Java Rockin' Land, saya hampir saja akan menyembah Peter F. Gontha dan menjadikannya Tuhan, tetapi untung saja hal tersebut tidak terjadi, karena kalau itu menjadi kenyataan maka tentu saja saya sudah menjadi seorang kafir sekarang. Tapi tetap saja, saya akan selalu dengan setia menunggu mereka untuk bermain di Bumi Pertiwi, kalau tidak di Bumi Sangkuriang karena lebih dekat.

Sekian review dari saya ini, semoga berkenan. Support your local artists!

Wednesday 7 October 2009

MANDELA SEPTEMBER 2009

Sunday 4 October 2009

RAN - Friday

Oleh Tubagus Ahmad D.P.

Setelah sukses dengan album pertamanya," Ran for your life", trio RAN kembali dengan album teranyarnya, "Friday". Masih dengan ciri khasnya, RAN memadukan unsur Pop, R&B, Disco, Jazz dan sedikit unsur rock.

Album ini berisi 10 lagu. Dua lagu diantaranya dinyanyikan bersama vokalis cewe (featuring-red). Yaitu pada lagu "Tunjukkanlah Rasa Cintamu" bersama penyanyi malaysia bernama Sheila dan pada lagu "Budak Cinta" bersama Dewi Sandra.

Beberapa lagu yang menurut saya cukup bagus dan "segar" untuk disimak antara lain, T.G.I Friday, Ratu Lebah,dan P.S.K, Karena kusuka dirimu Pada T.G.I Friday, menurut saya aransemennya cukup matang. Memadukan unsur beat disco, Fusion, R&B. Penggarapan soundnya cukup maksimal sehingga lagu ini terdengar sangat "nendang" dan "segar".

Pada lagu Ratu Lebah, menurut saya aransemennya sederhana, tetapi melodi lagu dan liriknya mudah dicerna (easy listening) dan cathcy. Tentu saja lagu ini menjadi hits di radio-radio.

Ritem gitar si Asta, suara Nino yang halus, dan suara cempreng dan keahlian nge-rap Rai serta kematangan pengaransemennya menjadikan lagu-lagu Ran enak didengar, dinyanyikan bersama, joget, hingga menghilangkan stress.

(sekali-kali ngebahas band major label ^^)

Sunday 27 September 2009

Failing Forward - South from South

Oleh Tri Handoyo



This is a great local punk rock band; especially dominate by melody massive drumbeats. Failfor (the abbreviation Failing Forward) are consisting of Bazis (Vocal), Ilham (Guitar), Didiet (Guitar), Acil (Bass), & Ikhsan (Drum). They was born in 34 High School, South Jakarta and grew up in listening to international and local melodic punk rock band such as Rufio, the Starting Line, the Ataris, New Found Glory, The Marmars, Disconnected, ect. Ikhsan, the drummer, is apparently an APRES ITB member. He is APRES 2005. :)

South from South is their first EP album which they share it for free downloads in www.indieshow.biz. The EP album contains of 5 songs (4 English, 1 Indonesian lyrics) which has represent almost all the mixed and dynamic sound of catchy & fast melodic punk rock bands in Indonesia but with added more energy. This album is also containing sing along shouts on some parts of the song that is still rare to be use in local punk rock bands and surely dedicated for sing along performance.

Here’s the playlist:
1. South from South, a blast off intro!
2. Revolt! Revolt!, a powerful sing along track!
3. Grizzly Grimms, full of melody and catchy tunes!
4. None of Our Daily Routinity is Your Business, will make you jump around like rabbit!
5. Takkan Menyerah, takkan Kalah, my favorite track!

Failing Forward is one of powerful Indonesia pop melodic punk rock band that could inject ardor and enthusiasm to your da! And yes, the point is, this is Failing Forward, not other punk rock band. :)

“You want some fun? Take my hand! You want some song? Just sing along!” revolt! revolt!

Invasi power pop dari Indonesia!

Oleh Tri Handoyo

Band2 beraliran power pop kini semakin menjamur di belantika musik Indonesia. Berbagai band semakin lama semakin kreatif menyikapi progresi musik yang semakin cepat di era dunia maya ini. Mereka tidak mengadaptasi musik secara blak-blakan begitu saja, melainkan mulai mentransformasi kepada suatu musik yang baru. Mereka mengombinasikannya dengan roots music yang telah berkembang sebelumnya dan memodifikasinya dengan unik.

Rasa-rasa seperti pop punk, indie rock, new wave, electronic, banyak ditemui di band-band power pop di Indonesia. Pengaruh-pengaruh dari band-band senior luar seperti Blink 182, The Get Up Kids, New Found Glory, Forever The Sickest Kids, Fall Out Boy, Reggie and the Full Effect, Rufio dan Hellogoodbye juga banyak diadaptasi. Tapi tidak seluruhnya mengambil inspirasi dari band-band luar negeri. Nama-nama seperti Rocket Rockers, Disconnected, Pure Saturday, The Upstairs, dan Goodnight Electric juga banyak digunakan sebagai acuan. Lirik-lirik berbau kisah cinta remaja juga mendominasi band-band tersebut, tapi tidak seluruhnya.

Bisa dibilang jenis musik ini masih "agak baru", dimana sebelumnya band-band berbau rock n' roll, emo, maupun melodic punk yang sebelum banyak menjamur di scene musik Jakarta & Bandung. Masih nanyak lagi yang bisa dieksplor dari jenis musik ini.

Beberapa band yang mengusung power pop jenis baru ini antara lain:

- Hidden Message (Bogor)



Mereka adalah salah satu band power pop yang lolos 30 besar di LA Lights Indiefest 2009 Jakarta. Mereka memberi sentuhan yang unik dengan lirik yang bukan berbau cinta, melainkan global warming. Salah satu band power pop yang potential!

- Danger Ranger (Bandung)



Mereka mengusung power pop yang lebih ringan namun banyak melodi di dalamnya yang cukup pas untuk dinikmati. Performance di beberapa pensi di Bandung juga pernah dilakukannya dengan baik. Mereka memasukkan beberapa sampling dalam lagunya seperti Forever the Sickest Kids dicampur Reggie and the Full Effects. Mereka sudah mulai banyak dikenal para remaja di kota Bandung!

- Good Boy Badminton (Bandung)



Salah satu band dengan personal-personal yang cukup senior dalam scene indie di Bandung seperti Doni, mantan drummer Rocket Rockers yang bersama-sama membentuk band beraliran Indie Rock/Power pop ini. Mereka kental dengan warna old school pop punk maupun warna The Get Up Kids yang digabung dengan power pop yang membuat karya yang unik!

- Too Weak To Dance (Bandung)



Sebuah band pengusung power pop yang banyak terinspirasi dari Fall Out Boy dengan vokal yang sangat Brendon Urie. :) Cukup up beat dengan memasukkan unsur new wave yang cukup kental membuat lagu mereka cukup enak didengarkan rame-rame bersama teman-teman. Mereka pernah menjadi Demo of the Month Prambors Local Heroes yang di hostkan Al a.k.a. Ucay yang notabene vokalis Rocket Rockers.

- Pee Wee Gaskins (Jakarta)



Tidak usah dipungkiri lagi bahwa ini adalah salah satu band Indonesia yang mempopularkan penggunaan sythesizer dalam musik pop punk yang membentuk power pop yang sangat upbeat serta catchy serta dapat diterima oleh kita semua. Omo, sang syth-ist memang mempunyai skill yang tinggi dalam mengolah melodi synth dalam lagu-lagu Pee Wee Gaskins, namun itu tidak bisa dilakukan tanpa struktur musik yang simple nan catchy ditambah lirik yang berarti dari Dochi Sadega. Wajar kalau MySpace mereka mencapai 1.785.243 visit! Mereka yang membawa image power pop di Indonesia menjadi naik dan telah membuktikan bahwa mereka adalah today's tennage's favourite band!

Era Grunge sudah mulai berakhir. Sekarang keyboard/synth sudah mulai ramai digunakan kembali. :)

"Open minded with soul!" for APRES ITB

Ditulis pada 4/7/09

Wednesday 15 July 2009

Apres! ITB buat blog!!!!

ok,akhirnya apres membuat blog.Jadi,bagi yang ingin menulis liputan acara2 apres baik yang akan dilaksanakan maupun yang belom dilaksanakan,silakan menulis dan mengupload foto2nya.thanks

Tebe 07-Divisi Media