Saturday 10 October 2009

Deftones - WHITE PONY IS MY PONY

Oleh M. Shahriza Rijadi Putra


Pertama kali saya mendengar album ini, saya merasa biasa saja. Tidak ada sensasi yang berbeda, stabil dan datar. Namun, ketika saya mulai sering mendengarkan White Pony ini, saya mulai merasakan sebuah sensasi yang berbeda. Sebuah sensasi yang tidak dapat saya jelaskan dalam Bahasa Indonesia yang konvensional. Jantung saya berdetak lebih cepat, keringat saya mengucur lebih banyak, dan tanpa tersadar saya ternyata sedang berheadbanging di kamar saya sendiri. Begitu membius! Mapanlah sudah hati saya untuk mendeklarasikan kepada dunia bahwa White Pony adalah album Deftones favorit saya!

Album ini dibuka dengan sebuah tembang mantap-nan-cadas bernama 'Feiticeira'. Lagu dibuka dengan riff guitar yang membunuh dari Stephen Carpenter dan dilanjutkan dengan simfoni antara instrumen2 lainnya. Saat Chino melantunkan lirik "new.. cool... meat.." lagu ini makin menjadi absurd namun dengan keabsurdan yang megah ala Deftones!


Lagu kedua, 'Digital Bath'. Lagu favorit kedua saya di album ini. Kecerdasan Chino Moreno sang vokalis (yang tampangnya sekilas mirip dengan Ricky Siahaan Seringai) dalam merangkai lirik yang diproyeksikan dari fantasinya sendiri membuat saya amat terkagum. Lalu dieksekusi dengan sebuah arasemen yang begitu indah, membuat lagu ini begitu hidup! Saat Chino berteriak "I feel like mooreee" yang kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang terdengar seperti ia membisik kepada wanita khayalan yang menjadi imagi dalam liriknya "tonight.. you breathe.. then you stop... I breathe.. and dried you off.." semua tampak menjadi nyata dan terasa menegangkan. Bagaimana kau dapat
melakukan ini semua Chino? Teach me.

Keindahan dari White Pony dilanjutkan dengan lagu 'Elite' yang semakin mempercantik estetika dari album ini. Sejujurnya, menurut saya lagu ini lebih biasa dibandingkan dengan lagu2 yang lain yang terdapat di dalam album ini, tapi entah bagaimana lagu ini dapat meraih Grammy Awards untuk Best Metal Performance. Sebuah penggalan lirik yang amat saya sukai dari lagu ini, "you like attention.. it's proof to you your alive". Sungguh filosofis, seperti Descartes yang berkata "Cogito Ergo Sum" / "I Think Therefore I Am". Sekilas lagu ini mengingatkan saya pada lagu2 My Bloody Valentine yang penuh akan raungan distorsi gitar yang bising ala noise........ Hahaha. Sejujurnya saya hanya ingin terlihat keren dengan mencantumkan referensi kepada band lain yang genre nya jauh berbeda. Kalo ternyata beneran agak2 mirip berarti itu kebetulan semata kok.

Skip langsung ke track ke-7, 'Knife Party'. Lagu favorit saya di album ini dan juga lagu Deftones favorit saya sepanjang masa! (semoga saja di upcoming album mereka 'Eros' kenyataan ini dapat tergantikan). Berduet dengan seorang wanita yang saya kurang ketahui namanya, lagu ini memberikan sebuah nuansa yang lebih hangat, ditambah lagi dengan lirik super absurd yang maknanya tak dapat saya pahami sampai sekarang (saya mencoba untuk berpikir jorok untuk mengartikan penggalan lirik "my knife, it's sharp and chrome" dan menginterpretasikan sisanya dalam bayangan yang sudah terlanjur kotor, tetapi itu tetap tidak memuaskan saya. oh ya, ditambah lagi dengan desahan+ringkihan+teriakkan dari sang vokalis wanita yang menambah kesan 'jorok' di dalam lagu ini. tapi bisa saja ini lagu tentang saling membunuh dengan pisau bukan?).

Skip satu track menuju track ke-9, 'Passenger'. Sebuah kolaborasi apik antara Deftones dan Maynard James Keenan. Jenius! Dibuka dengan bunyi-bunyian aneh yang dihasilkan oleh DJ Frank Delgado, dilanjutkan dengan riff gitar cadas yang disertai dengan suara "hah hah" membuat pembuka lagu ini terdengar begitu metallic-epic. Tidak mudah juga untuk menginterpretasikan makna tersembunyi di balik lagu ini. Seorang penumpang taksi yang ingin terus berputar2 keliling kota dan meminta jendelanya untuk dibuka? I have no idea. Mungkin akan menjadi sebuah bahan pembicaraan yang menarik untuk mengkaji makna dari lagu ini (ataupun lagu Deftones secara keseluruhan). Lagu ini juga yang menjadi ajang perkenalan bagi saya terhadap musik dari Tool dan A Perfect Circle.

Track ke-10 ada 'Change (In The House of Flies)' yang video klipnya menurut saya cukup menarik untuk disimak di Youtube serta track penutup 'Pink Maggit' di mana di dalam lagu ini terdapat "penggalan" dari lagu 'Back To School' nya mereka. Hey, ternyata Deftones peduli juga terhadap pendidikan! Mungkin apabila Deftones adalah band Indonesia, mereka sudah dijadikan duta untuk program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Tapi entahlah... AC/DC tampaknya lebih cocok untuk menempati jabatan itu, terima kasih kepada Angus Young dan seragam sekolahnya.

Tampaknya dari tadi saya terlalu banyak memuji album ini tanpa menyertakan kekurangan-kekurangannya apa saja, tapi persetan! Yeah. Saya adalah penggemar berat mereka dan menurut saya album ini tidak memiliki kekurangan apa pun. hahaha. Terlihat kurang objektif.

Baiklah, terakhir saya ingin curhat sedikit. Saat saya mendengar bahwa Deftones akan menjadi salah satu bintang tamu di Java Rockin' Land, saya hampir saja akan menyembah Peter F. Gontha dan menjadikannya Tuhan, tetapi untung saja hal tersebut tidak terjadi, karena kalau itu menjadi kenyataan maka tentu saja saya sudah menjadi seorang kafir sekarang. Tapi tetap saja, saya akan selalu dengan setia menunggu mereka untuk bermain di Bumi Pertiwi, kalau tidak di Bumi Sangkuriang karena lebih dekat.

Sekian review dari saya ini, semoga berkenan. Support your local artists!

1 comments:

Anonymous said...

bandnya aliran apa,nih?

Post a Comment